Ngepo’in Kopi

Masih seputaran ngepo’in kopi nih. Saat ini saya udah sampai di fase membuat kopi sendiri, yang sebelumnya sudah saya ceritain di sini. Hasilnya memuaskan dan dari analisis serampangan, akhirnya saya punya kesimpulan sementara yang akan saya ulas di postingan ini.

Setelah mengeksplor kopi ala Bali (disebut juga kopi hitam Bali atau kopi pahit) dan ala Barat, saya lebih memilih yang ala Bali untuk ditelusuri…soalnya yang ala Barat agak-agak ribet dan berlebihan menurut saya. Yang ala Bali, peminumnya lebih simpel. Kopi, gula, air panas. Udah.

Kata pedagang kopi di sekitaran pantai Sanur (tuh kan, saya sampe survei ke dagang kopi, wakaka), si ibu pedagang bilang “semua kopi Bali sama…kita main-nya di gula aja”.

Dan kualitas seduhan kopi Bali termasuk yang subjektif. Tergantung siapa yang minum, suka pahit apa manis apa yang sedang-sedang saja?

Jadi, demi memuaskan rasa kepo saya…akhirnya saya beli kopi lain yang recommended dan satunya lagi brand yang saya dapet pas jalan-jalan ke Pupuan. Lumayan, untuk komparasi dengan hasil saya.

20180816_124435

Sebut saja DC, BD dan BS, berurutan dari kiri ke kanan. Ketiganya sama-sama kopi jenis Robusta. Dan saat diseduh sama-sama bubuk kopinya murni, tanpa gula atau tambahan bahan apapun.

Lanjut ke validasi kopi DC, BD dan BS -> pas dibuka bungkusnya, aroma yang tercium dari kopi BD lumayan enak..tapi DC aromanya..aroma gosong. Sayang sekali. Dan aroma paling mantap yang saya cium adalah aroma kopi saya, kopi BS! Horeee! 😀 😀 *KibarinBendera*

Ini mungkin karena kopinya baru disangrai 2 hari yang lalu dan tanpa campuran apapun…dan pas disangrai, hampir gak ada yang gosong. Walaupun ada, itupun cuma dikit (samar-samar). Jadi yang gosong samar-samar ini ketika digiling dan dicampur semua, aromanya kalah sama yang kondisinya baik. (Kalau gak salah, warna coklat bijinya setelah disangrai setingkat yang namanya City-Full City roast gitu.)

kopi

Nah kemudian, dari rasa..yang paling pahit adalah produk DC. Sedangkan kopi BS saya mampu menyaingi rasa dari kopi BD. Yay!!! 😀

Nah, kenapa kopi rasanya pahit? Termasuk BD dan BS saya, ada pahitnya sedikit. Jauh lebih sedikit dari kopi DC. Menurut saya…ini karena jenisnya jenis Robusta yang memang memiliki karakter pahit. Nah, saat ngeroasting/sangrai…diprosesnya sampai gosong (atau minimal setingkat Italian roast) maka hasil kopinya bakal lebih pahit lagi. Kok? Lha iya, kan kalo gosong…itu sama dengan kita minum arang-nya biji kopi toh? Arang kan pahit.

dark

Pertanyaan saya waktu itu, kenapa kalau kopi gosong..pas digiling warna hasil gilingannya bukan hitam, melainkan masih coklat seperti warna kopi pada umumnya?

beans

Jawabannya seperti yang diilustrasikan di gambar di atas ini. Dimana gambar adalah tampak samping dari dua buah biji kopi yang dipotong tengahnya. Gambar yang kiri adalah gambar biji kopi yang disangrai sampai gosong. Maksudnya, tampak kasat mata…dari luar keliatan kulitnya gosong. Tapi ternyata dalemnya enggak. Dan gambar yang kanan adalah yang kualitas city/medium roast. Dimana..luar dalemnya gak gosong, dan pastinya kalo digiling coklatnya konstan dan rata. Nah untuk yang gambar kiri, kalau kopinya digiling, maka warna gosong hitamnya ketutup sama bagian dalam yang digiling. Warna coklat-nya masih dominan.

Jadi secara kasat mata, warna hasil gilingan keduanya pasti mirip. Coklat tua. Pas diseduh, warnanya juga sudah pasti mirip.

perbandingan

Nah, test berikutnya dilanjutkan ke test rasa. Hasilnya adalah sesuai analisis serampangan di atas,  dimana..kopi DC lebih pahit (sangat pahit malah) dan ini mungkin karena disangrainya sampai gosong. Warnanya bisa menipu, tapi rasa dan aromanya enggak.

Nah, rasa kopi BD dan BS saya…hampir mirip. Mungkin kopi BD disangrai maksimal sampai selevel full city roast. Entah dengan mesin yang ada pengatur suhu dan kalaupun iya, biji kopinya mestinya rata-rata sama besar. Nah, kalau benar begitu, agak berat diongkos karena ada biaya lebih besar di peralatan dan kualitas biji kopinya. Mungkin ini sebabnya, harga kopi BD lebih mahal dari kopi DC. <analisa serampangan alias abal-abal>

Metode saya, saya sangrai biji kopinya pakai wajan/panci tanah liat dengan panas merata kemudian diaduk-aduk sampai biji kopinya berubah warna sesuai level yang diinginkan.

Tapi kopi DC gak serta merta jelek. Banyak yang lebih suka kopinya rasanya pahit kok. Trus, keuntungannya bikin kopi pahit adalah..biji kopi yang kualitas apa aja masuk. Sehingga produsen gak pusing mikirin kualitas. Ini artinya ada petani-petani yang berbahagia biji kopinya, yang walaupun kualitasnya rendah, masih ada yang beli. Produsen jenis ini termasuk yang tidak diskriminatif, hehe.. Tul kan, tul kan?

IMG-20180819-WA0023

Contohnya gambar di atas saya ambil di sebuah coffee shop ketika salah seorang pegawainya men-sortir biji kopi mentah (green beans). Katanya yang kualitasnya jelek (kualitas reject-an) nanti gak dijual ataupun diseduh. Tapi berakhir jadi sesuatu yang lain, salah satunya jadi pengharum toilet (setelah disangrai kali ya). Pantesan, di hotel-hotel besar sering saya liat ada biji kopinya, entah di pintu masuk toilet ataupun di meja di dalem toilet. Mungkin ini maksudnya.

Iya sih, dulu saya pernah denger kalo aroma kopi katanya bisa jadi penetral indra penciuman dan bau gak enak. Jadi kalo toiletnya baunya bau aneh…mungkin kemudian akan netral dengan adanya kopi. Tapi kalo saya boleh bilang “Pedalem. Walopun jelek…nak merta masih adane ento.” :/

Nah dari eksperimen ini juga saya jadi ngerti kalau ternyata kopi hitam yang pahit itu…justru kafeinnya lebih rendah. Kenapa? karena sebagian kopinya gosong! 😀 Kalo udah gosong mana ada nutrisinya lagi? Biji kopi dengan kafein yang lebih tinggi justru adanya di hasil sangrai yang light/medium/city/full city roast. Belum lagi kopi-kopi hitam Bali yang tradisional ini banyak yang dicampur lagi dengan jagung, beras, dll. Tambah dah kafeinnya jadi lebih rendah.

Itulah kenapa kalau dari segi konsumen, kegosongan kopi itu juga membawa dampak positif…yaitu kandungan kafein segelas kopinya jadi lebih rendah. Tuh kan, minum kopi aja segelas, bukan secangkir. Hebat beenerrr! Orang Barat itu minum secangkir kecil woy! Kita mah, yang kecil-kecil lewaatt! 😀

*kandungan kafein yang tidak terlalu tinggi akan lebih aman untuk tubuh.

Ada lagi nih, yaitu..kalo bikin kopi Bali…untuk tiap gelasnya, umumnya cuma pake 2 sendok teh kopi bubuk..yang kira-kira beratnya 4 gram-an (saya sampe ambil timbangan sodara-sodara!)

IMG_20180819_164459

sedangkan kalo bikin kopi ala-ala Barat, ada yang 14 gram kopinya…which is lebih dari 3 kali jumlah kopi Bali! Kalo kopi Turki, untuk segelas kecil “ibrik” perlu minimal 3 atau 4 sendok teh bubuk kopi yang artinya 2 kali dari Kopi Bali. Resep kopi-nya Itali juga gitu, takaran pake Bialetti itu biasanya lebih dari 2 sendok. Malah ada resep yang pake sampe 30 gram biji/bubuk kopi untuk sajian per gelasnya.

Pernah saya cobain yang 14 gram-an

singlealamakk, dada saya langsung berdebar kenchaangg! kepala pusing, mual dan ada rasa-rasa lemas kayak mau pingssan. Mungkin gak kuku sama tembakan kafein-nya. Minumnya sekitar jam 3 sore, setelah malam jam 8an baru rasa itu berangsur normal. Pas tidurpun masih ada rasa janggal di kepala. Padahal sebelumnya udah diminumin air putih, makanan lain juga. Sekarang baru tau reason-nya why (tsah!). Tapi kalau orangnya udah biasa mungkin tubuhnya juga udah adaptasi yak.

Nah sekarang, pas browsing-browsing kalo nemu informasi begini

kafein

lebih bijak rasanya kalau tidak langsung di-hap! aja. Ada term+condition-nya, misalkan..kopi-nya jenisnya apa dan disangrainya seberapa levelnya.

Daaan…hasil validasi serampangan ini dapat dilihat pada tabel berikut:

test

trus kesimpulannya, kopi BS mampu bersaing dengan produk kopi yang beredar di pasaran. Yass!

Dan yang paling penting, sekarang saya gak takut lagi minum kopi! Kopi saya, kopi BS! alias Bikin Sendiri. Asalkan takarannya gak lebih dari yang badan saya mampu handle, misalnya dua sendok per gelas…maka dada saya akan berdetak normal. Kemungkinan lainnya yang bikin dada saya berdetak lebih kenchaang adalah jumlah bahan lain yang dicampurkan ke kopi, seperti jumlah gulanya…atau..mungkin juga yang buatin kopinya! *eeeaaaaa

Hidup kopi! Hip! Hip! Hurra!

.

.

.

*Validasi ini cuma buat seneng-seneng aja, alias just for fun! 😀