Menanam Cabai

Tanggal 5 Juni 2017, saya dikasih bibit cabai sama bibi, bu tut, waktu pulang kampung. Itu karena saya banyak nanya soal cabai, dan nyeletuk..”pengen ah nanem cabai juga”. Sebelumnya saya emang suka bilang sama ibu saya “bu, nanti Iluh mau nanem cabai..biar kalau harga cabai naik lagi kita tinggal petik aja”.

Bu Tut ngasih bibitnya dan trus saya bawa pulang ke Denpasar. Di page ini saya ceritain satu dari dua tanaman cabai yang saya kemudian tanam. Dikarenakan tidak adanya lahan, saya menanam cabainya di dalam pot. Ini juga yang membuat proses menanam dan perawatannya tidak terlalu mudah.

Astungkara, semoga suatu saat nanti saya bisa punya lahan untuk menanam ya, doain ya… _/\_
cabaibaby

Setelah ditanam, kemudian tanggal 5 September, cabainya sudah lebih tinggi dan lebih banyak daunnya. Hanya saja, karena sempat tinggal di Singaraja..saya biarkan cabainya gitu aja. Cuma saya pesan ke bapak biar tetap disiramin.

tabya

Nah, karena saya gak begitu peduli waktu itu..saya biarkan cabainya di tempat teduh yang gak terkena sinar matahari. Alhasil, cabainya makin tinggi (berusaha untuk mencari matahari) dan tidak berbunga (mungkin karena konsentrasi perkembangannya lebih ke mencari ke cahaya matahari tadi). Sementara cabainya bibi di kampung sudah dipanen gitu.

Waktu kumpul-kumpul keluarga di kampung, saya nanya..dan jawabannya..karena tempatnya “Tao” dalam istilah Bali yang artinya kurang cahaya matahari. Tanaman cabai perlu paparan sinar matahari yang banyak kata paman saya.

Baru ingat lagi waktu di Jerman, saya nanemnya di dalam kamar dan..saya letakkan di pinggiran jendela yang terkena matahari sore.

Nah, balik lagi ke tanaman cabai saya yang sekarang. Untuk sedikit memaksa cabai agar cepat berbunga dan berbuah dan gak lagi tambah tinggi, saya potong beberapa cabangnya. Dan, dua hari kemudian setelah cabangnya dipotong, mulai muncul bakal bunga. Saya sempat foto setelah bakal bunganya tambah besar, yaitu tanggal 7 Desember 2017.

cabaibunga1

Tanggal 16 Desember, bakal bunganya yang muncul tambah banyak

DSC_3500dan besoknya, tanggal 17 Desember 2017, bunga pertamanya pun mekar 🙂 Orang rumah bilang saya “gak punya kerjaan”, moto-motoin hal-hal beginian. Tapi sutralah..kafilah tetap berlalu 😀

cabaibunga2

Bisa dilihat, saya begitu senang dengan hadirnya bunga…tanpa memperhatikan semut-semut di sekitarnya. Ternyataaa..semut-semut ini pertanda kalau tanaman saya sebenarnya diserang hama, yaitu kutu-daun a.k.a. Aphid. Menurut literatur yang saya baca..walaupun semut tidak merusak tanaman, tapi semut tertarik berkunjung ke tanaman cabai karena kutu daun meninggalkan cairan (pipisnya kali ya!?) di sekitaran tanaman cabai. Nah cairan ini katanya yang rasanya manis yang disenangi semut.

Sebelum sadar dengan hal ini, tanaman cabainya saya pindahkan ke lokasi yang banyak sinar mataharinya. Karena sudah cukup “dewasa”, jadi tanaman cabai saya gak memperlihatkan tanda-tanda shock dengan paparan matahari. Saya anggap dia berbahagia dengan tempat barunya..

Tapi kemudian, tak berapa lama berselang kutu-kutu mulai menampakkan dirinya terang-terangan dan tambah banyak, dan..sempat saya cuekin. Saya pikir alam bakal mengurusnya. Eh taunya enggak! Kutunya tambah banyak sodara-sodara! Sampai ngeliatnya aja ngeri! hiiii…banyaakkk banget! Semutpun tambah banyak yang datang. Bunganya rontok, dan bakal-bakal bunga yang lain mulai menguning. Musim hujanpun datang, yang artinya tanaman akan lebih rentan penyakit. Tanahnya lembab dan tanaman kurang sinar matahari.

Bener-bener cobaan sedang menerpa.. 😥

Ini hal yang gak saya pikirkan sebelumnya. Sangat penting untuk memperhatikan musim sebelum menanam cabai.

Karena udah gak tahan liat tanaman saya sepertinya menderita (halah!), akhirnya..saya bersihkan sendiri hama tanaman itu. Saya semprot pakai air..trus pelan-pelan daun dan batangnya saya sikatin pakai sikat gigi. Sampai bersih. *Gak kebayang ngebersihin satu hektar tanaman dengan cara begini 😀 Intinya saya usahakan gak pakai bahan kimia dalam melakukannya. Saya pengen senatural dan se-berperikemanusiaan mungkin. Akhirnya, hasilnya sangat memuaskan dan tanaman saya tidak menunjukkan tanda-tanda stress.

tabya2

Gambar pertama dari kiri adalah gambar satu bagian yang banyak kutunya dan gambar di sebelah kanannya adalah hasilnya setelah dibersihkan. Sejak saat itu perawatan dan pembersihan saya lakukan sebisanya setiap pagi dan sore. Termasuk menyiapkan pupuk dan mengusir hama dengan cara yang senatural mungkin. Gambar ketiga (paling kanan) adalah bagian yang sama yang sudah tumbuh bunganya.

cabaipupuk

Pupuknya saya siapkan dari “sampah” dapur, tapi karena saya mau menyiapkan kandungan Phospor-nya yang lebih banyak (untuk tumbuhnya bunga dan buah)..jadi “sampah” yang mengandung phosporlah yang saya tambahkan lebih banyak, misalnya kulit pisang dan bunga bekas sembahyangan. “Sampah” sayuran dan kulit telur tetap saya tambahkan, tapi dengan jumlah yang lebih sedikit. Trus, kadang air cucian beras juga saya pakai untuk menyiram.

Untuk mengusir hama, saya sudah coba menggunakan air dari daun tembakau (waktu itu ngambilin sisa puntung rokok temen-temen di kampus, he he).

IMG-20180122-WA0003

Tapi karena bau tembakaunya yang setrong banget, saya yang gak kuat. Akhirnya nyari pake alternatif lain, yaitu dengan daun Neem atau Intaran bahasa Balinya. Sabun cairnya saya ganti dengan buah jipang. Saya semprotkan air hasil rendaman resepnya ke tanaman sebanyak 2 kali sehari.

cabaineem

Kemudian, hasilnya..akhir Desember 2017 kemaren..bunga dan buah cabai sudah mulai muncul dan daun-daun baru juga mulai tumbuh.

DSC_3595

Serangan hama yang lalu menyisakan daun-daun keriting yang sekarang sedang mulai bertumbuh. Gak apa-apa..yang penting sekarang kalian aman, kalo diganggu lagi..biar tak ciatin! 😀

DSC_3605

Saya juga mengamati, ada laba-laba dan ladybird yang mampir ke tanaman cabai saya. Kata literatur yang saya baca-baca lagi, katanya mereka berdua adalah contoh predator hama alami. Tapi kalau hamanya terlalu banyak, dua binatang ini sudah pasti gak cukup untuk membasmi. Bantuan saya tetaplah diperlukan. Kalau menggunakan pestisida berbahan kimia, predator macam ini akan juga menjauh katanya.

predator

Kalau mata lagi kacapean liat layar komputer, ngeliatin tanaman cabai adalah kegemaran saya belakangan ini.. Selain menyegarkan pandangan, banyak hal yang bisa dipelajari dari alam.

Meanwhile, tanggal 29 Januari 2017, cabai saya yang satunya sudah memasuki masa panen. Agak lambat perkembangannya, tapi..yang penting sampai saat ini tanamannya sehat. Biar lambat asal organik..he he

Videonya dibuat agak ng’gaya, ngambilin cabai pake gunting #tsaahh #ngibasin rambut

dan perkembangannya bisa dilihat dari video berikut dimana pengusir hamanya diberikan sudah tidak se-intens sebelumnya. Kira-kira seminggu sekali gitu..

dan sampai sekarang (27 maret 2018), dari dua tanaman cabai ini, setiap dua hari sekali saya bisa panen cabai yang sudah merah. Lumayan buat sambal. Kata bapak, pedesnya cetar (^_^)

DSC_4380

Semoga tanaman saya sehat terus dan berbuah yang lebat ya..

DSC_4300

Kemudian di bulan-bulan berikutnya…dari dua pohon cabai yang saya punya, buahnya bisa di panen hampir tiap hari. Dan sesuai yang saya inginkan, pas harga cabai melonjak lagi kemarin, saya bisa metik aja. Walau gak bisa menuhin semua kebutuhan cabai…tapi paling enggak udah bisa mengurangi belanja cabai lah 🙂

DSC_4771

Biasanya tiap pagi pas nyiram tanaman…sekalian juga saya metikin cabai. Dan sekarang, saya bisa panen kemangi juga. Saya tanam dari biji, dan biji kemanginya ngambil dari sawah di kampung. Ah seneng banget rasanya. Apa yang saya tanam dan sayang-sayang…bisa membuahkan hasil. Suksma Hyang Widhi..

cabe

Update 5 Juni 2018, tepat satu tahun saya hidup berdampingan dengan pohon cabai saya…tambah banyak buah yang muncul. Selain bentuk dan ukurannya yang lebih baik, daun-daun cabainya yang baru juga tumbuh dengan lebih baik. Itu tandanya…serangan hama sudah diminimalisir. Saya gak babat hama itu pake pestisida, saya kasih kesempatan mereka hidup juga. Dan cara ngusirnya sekarang cuma disemprot pake air aja..

DSC_5015

DSC_5084

update 5 Juni 2020, akhirnya cabai saya berumur 3 tahun. Yay! Di literatur-literatur yang saya baca…termasuk juga hasil wawancara dengan paman dan bibi petani, katanya maksimal umur cabai sekitar 2 tahunan aja. Cabai saya udah lebih dari itu, dan masih tampak sehat serta masih rajin produksi..senangnya!